Print friendly

Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF

26 Okt 2013

Bagaimana caranya membangun masyarakat?

Pembangunan di Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan pembangunan di negara lain. Keunikan tersebut bahkan sangat ditentukan pula oleh lokasi, adat kebiasaan masyarakat, kelompok sasaran, sektor yang menjadi prioritas, dan sebagainya. Karakteristik pembangunan di Indonesia tidak universal karena ditentukan oleh keanekaragaman karakteristik pada kelompok sasaran. Pada tulisan ini saya akan memberikan contoh keunikan karakteristik tersebut terkait dengan pengalaman kerja saya ketika bertugas di Indonesia. Saya akan mengambil contoh dari sektor pendidikan.

Saya mengajar tiga sekolah menengah atas dengan karakteristik siswa yang sangat kontras berbeda. Sekolah A memiliki mayoritas siswa dari kalangan sosial ekonomi menengah ke atas, orang tua berprofesi sebagai pedagang (memiliki toko sendiri), dan pertemanan di antara siswa telah terjalin sejak sekolah menengah pertama yang berlokasi di komplek yang sama dengan sekolah mereka saat ini. Sekolah B memiliki mayoritas siswa dari kalangan sosial ekonomi menengah, orang tua memiliki ragam profesi, dan siswa separuhnya berasal dari sekolah menengah pertama yang sama. Sekolah C memiliki mayoritas kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah, orang tua memiliki usaha sendiri atau berkebun, anak-anak berasal dari daerah luar kota, sebagaian tidak tinggal bersama orang tua dan mereka bekerja untuk mendukung kelanjutan sekolahnya.

Dengan memahami karakteristik populasi siswa yang berbeda, saya dapat melakukan refleksi terhadap hasil belajar, kreativitas siswa, dan juga motivasi belajar mereka. Intervensi melalui program pembelajaran di kelas juga harus divariasikan sesuai dengan karakteristik tersebut. Tidak jarang, sebagai bagian dari ambisi dan idealisme, saya menyalahkan siswa ketika mereka gagal di dalam mencapai hasil belajar yang telah saya tetapkan. Siswa di sekolah A memiliki rata-rata prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan siswa sekolah B dan C. Fondasi pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa di sekolah A untuk memahami materi pelajaran baru yang saya sampaikan lebih baik karena siswa ini selain memiliki latar belakang pengetahuan dasar yang matang di tingkat sebelumnya juga didukung dengan fasilitasi belajar yang disediakan oleh sekolah dan orang tua yang misalnya mampu membayar tutor/guru private dan buku penunjang belajar. Sangat berbeda dengan kondisi siswa di sekolah B dan C yang kurang ditunjang dengan pengetahuan dasar yang matang dan kekurangan sarana pembelajaran.

Intervensi yang saya lakukan terhadap ketiga kelompok ini, sebagai sosiatris, haruslah berbeda. Pada sekolah A, saya lebih banyak dapat mengembangkan kegiatan siswa aktif, seperti diskusi, kerja kelompok, presentasi, dan membuat kreasi. Di sekolah A, saya mengalami kesulitan untuk mengaktifkan kerja kelompok dan presentasi. Sementara di sekolah C, saya harus melakukan lebih banyak ceramah dan drill soal-soal persiapan ujian. Tujuan akhir pada saat tersebut adalah mendukung siswa untuk dapat menyelesaikan pendidikan, lulus pada mata pelajaran yang saya ampuh dan melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Namun, saya dapat menyimpulkan bahwa dengan intervensi pembelajaran yang berbeda sesuai dengan karakteristik kelompok sasaran akan menghasilkan perubahan individu dan sosial yang juga berbeda satu sama lain di antara ketiga kelompok tersebut.

Untuk menutup tulisan kali ini, saya mengundang sosiatris dan calon sosiatris untuk memikirkan mengenai karakteristik kelompok sasaran di mana Anda akan melakukan fasilitasi dan mediasi untuk pelaksanaan pembangunan. Tuliskan karakteristik tersebut kemudian buatlah perencaan tentang program intervesi yang cocok setelah membandingkan dengan karakteristik pada kelompok sasaran lain yang Anda ketahui. Silahkan bagikan pendapat Anda melalui komentar pada posting ini.

Salam Sosiatri dari tanah Aloha (Honolulu, Hawai'i, USA).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar