Print friendly

Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF

16 Feb 2011

Mengapa Indonesia berbeda?

Mengapa pembangunan di Indonesia harus berbeda dengan pembangunan di negara lain? Jawaban singkatnya adalah Indonesia memang berbeda dari negara lain. Indonesia memiliki sejarah, budaya, lingkungan geografis, mentalitas manusia, dsbnya yang berbeda dengan negara lain. Dalam Kajian Asia (Asian Study), Indonesia memperoleh tempat yang sangat khusus dan dijadikan sebagai suatu lingkup kajian khas. Perbandingan Indonesia dengan negara lain dapat saja dilakukan. Selain itu, meniru apa yang dilakukan oleh negara lain di Indonesia memang dimungkinkan. Hanya saja, jika peniruan tersebut menghancurkan jati diri dan indentitas ke-Indonesiaan, maka perubahan dan pembangunan yang terjadi mungkin saja akan mengantarkan pada tahap kehilangan identitas "keIndonesiaan". Apa sebenarnya identitas keIndonesiaan yang perlu mendapat perhatian khusus di dalam melaksanakan pembangunan masyarakat? Berikut ini saya akan mencoba mengkaji beberapa diantaranya.

Pertama, secara historis telah diakui bahwa Indonesia merupakan negara "agraris". Negara agraris menyediakan suplai bagi sebagian besar energi dan juga makanan bagi negara-negara lain yang tidak merupakan negara agraris. Ada kecenderungan pembangunan di Indonesia telah melupakan pembangunan agraris. Rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat "agraris", petani, telah membuat banyak petani yang juga termotivasi untuk mendorong generasi mudanya untuk tidak menjalankan profesi sebagai petani. Kenyataan telah menunjukkan bahwa semangat agraris di Indonesia telah luntur seiring dengan pembangunan ekonomi yang telah bergeser ke arah jasa dan perdagangan. Kebijakan ekonomi pemerintah juga telah sedikit demi sedikit mengkikis aspek agraris. Lumbung pangan dunia akan berkurang secara perlahan dengan terkikisnya identitas agraris Indonesia.

Kedua, secara kultural, Indonesia terdiri atas ribuan suku bangsa yang memiliki bahasa dan nilai-nilai budaya yang sangat khas. Keanekaragaman Indonesia tidak mudah untuk dipahami bangsa lain, karena mereka tidak memiliki karakteristik yang sama. Kekhasan budaya suku bangsa tersebut dikekalkan dengan dilaksanakannya tata cara tersebut dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di masyarakat. Identitas tersebut begitu jelas dan dapat disadari melalui perwujudan yang dijadikan, seperti pada "nama", "logat berbicara", dan "tata cara inisiasi kehidupan". Bangsa Indonesia sendiri tidak akan bisa selesai mempelajari dan memahami keanekaragaman tersebut. Dalam rangka pembentukan nasionalisme, ada kecenderungan dalam pembangunan, identitas kesukuan tersebut juga luntur secara perlahan-lahan. Padahal, nilai-nilai luhur pada setiap suku bangsa tersebut merupakan identitas yang memperkaya Indonesia.

Ketiga, dalam kehidupan kebangsaan dan pemerintahan, ada hukum yang berlaku secara nasional dan juga hukum adat yang berlaku di tingkat lokal. Hukum lokal diakui dan dilegalisasi pelaksanaannya oleh hukum yang berlaku secara nasional. Kekhasan tersebut seharusnya tetap terjaga dengan kemurnian nilai-nilai tradisi. Tetapi dengan adanya reformasi dan usaha mendapatkan kekuasaan, legalisasi hukum adat/aturan lokal telah disalahgunakan sebagai media untuk mempertahankan dan memperoleh kekuasaan.

Keempat, kondisi geografis telah memberikan anugerah kondisi alam dan ekosistem yang berbeda bagi Indonesia. Daerah tertentu memiliki banyak sungai dan rentan banjir. Daerah lain dikelilingi hutan. Ada pula daerah yang dikelilingi dengan gunung berapi. Kondisi alam seperti ini membutuhkan penataan lingkungan yang berbeda pula. Dalam kenyataan, penataan lingkungan yang ada sekarang seringkali melupakan kondisi geografis dan tidak didasarkan pada Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang tepat. Amdal telah dikalahkan dengan Analisis Keuntungan Ekonomi (Anumi). Anumi pada akhirnya telah menimbulkan biaya sosial yang sangat besar.

Kelima, sumber daya manusia Indonesia tumbuh dan berkembang sangat berbeda dengan sumber daya manusia di negara lain. Budaya, lingkungan, faktor sosial-ekonomi, dan pendidikan telah menjadi satu kesatuan yang membentuk manusia Indonesia. Meskipun memang sebagian besar kajian tentang manusia Indonesia lebih banyak menonjolkan kekurangan manusia Indonesia, namun identitas tersebut tidak selalu benar. Banyak juga manusia Indonesia yang berkualitas, kreatif, dan memiliki pemikiran luar biasa. Tidak adanya penghargaan dan ruang berkarya bagi manusia-manusia tersebut di dalam negeri membuat mereka pada akhirnya dibajak atau bahkan berkarya dengan cara lain dari luar negeri.

Saya mencoba menghindari pembahasan mengenai religi sebagai salah satu aspek yang juga penting dalam pembentukan Indonesia. Akhir-akhir ini, saya melihat "religi" telah banyak disalah gunakan dari hakikatnya. Kita telah banyak beragama secara semu dan hanya menjadikannya sebagai topeng. Jika beragama tetapi merusak dan menghancurkan kemanusiaan, saya rasa itu bukan lagi religi. Religi adalah keselarasan hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Jika kita beragama dan berucap "dalam nama tuhan", tetapi kita memusuhi orang lain, memiliki rasa dendam, merusak lingkungan, maka agama perlu dicoret dari hidup kita. Lebih baik sekarang kita belajar dulu menjadi manusia yang menghargai manusia dan manusia yang menghargai alam lingkungannya. Jika berhasil menjalankan hal tersebut, saya rasa kemanusiaan dan kelesatarian alam itu akan mengantarkan kita dengan sendirinya pada surga yang dijanjikan oleh Tuhan.