Print friendly

Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF

22 Feb 2011

Metode Partisipatori dalam Ilmu Sosiatri

Tugas utama seorang Sosiatrist adalah sebagai agen perubahan sosial. Sebagai agen perubahan sosial, Sosiatrist tidak hanya mengamati dan mengumpulkan data dari masyarakat. Sosiatrist tidak hanya sekedar mewawancarai dan mengkoleksi gambar-gambar digital dari masyarakat. Sosiatrist mempunyai tugas membantu masyarakat di mana ia bekerja untuk memikirkan jalan terbaik untuk mengatasi masalah, keluar dari permasalahan, siap mengorganisasi diri, dan mulai melaksanakan tugas pembangunan. Pada tulisan ini saya mencoba memberikan ilustrasi kerja seorang Sosiatrist di bidang pendidikan. 

Masalah yang dihadapi oleh masyarakat di sebuah desa adalah anak-anak tidak bisa membaca. Guru sudah tidak masuk sekolah lagi dan pergi entah ke mana karena tidak tahan dengan kondisi sekolah yang buruk. Bahan bacaan siswa juga sudah banyak yang rusak, karena atap sekolah bocor dan bangunan sekolah hampir ambruk. Walaupun demikian, apakah dengan demikian anak-anak tidak perlu membaca dan dibiarkan but huruf saja? Bagaimana cara mengatasi masalah ini dan apa yang paling penting untuk membantu masyarakat untuk keluar dari permasalahan. 

Saya hanya berpikir secara sederhana saja sebagai Sosiatrist. Saya tidak akan mengajarkan anak-anak tersebut membaca seperti di sekolah, karena toh sekolah juga tidak akan bisa memberikan ijazah kepada mereka jika abdinya sudah tidak lagi bisa mengurusinya. Namun, anak-anak tersebut tetap perlu belajar dan mengenal huruf. Alangkah lebih baik, jika mereka dilibatkan untuk mempelajari membaca sesuai dengan keperluan pekerjaannya. Lalu apa yang mereka baca?

Sederhana saja, jika anak-anak tersebut adalah anak-anak petani, maka yang mereka perlukan sebagai dasar untuk memotivasi mereka belajar lebih keras adalah mengenal bacaan-bacaan yang berkaitan dengan kehidupannya. Untuk taraf membaca tingkat dasar, kaleng, bungkus, dan paket alat-alat pertanian, pupuk, bibit, dsbnya memiliki tulisan yang dapat menjadi sumber belajar membaca yang sangat baik. Selain itu, jika di kantor desa atau kantor pertanian setempat terdapat brosur penyuluhan pertanian, maka itu adalah bahan dasar - potensi lokal yang sangat diperlukan untuk membantu anak-anak mengenal jati dirinya dan membantu mereka membaca. 

Tanpa guru bukan berarti orang-orang di sekitarnya tidak bisa menjadi guru. Saya yakin ada pemuda-pemuda lokal, pendatang, para pemimpin formal dan informal yang rela menjadi sukarelawan. Jika Sosiatrist mampu menggerakkan para sukarelawan ini untuk bekerja setidaknya satu - dua jam sehari untuk mengajar membaca dengan menggunakan media tersebut, anak-anak akan dengan cepat menguasai membaca sesuai dengan keperluannya. Pada saatnya, ketika mereka dewasa, mereka akan menjadi petani yang memiliki keterampilan membaca. 

Sebagai petani yang memiliki kemampuan membaca dan menulis, kehidupan mereka akan lebih baik. Mereka dapat mengenali dengan jelas bahan-bahan yang diperlukan dengan membaca. Selain itu, untuk mengajukan proposal pengembangan usaha, mengelola pembukuan hasil usaha, dan mengurus segala macam perijinan, mereka akan menjadi lebih mandiri. 

Ini hanyalah secuil kecil pemikiran saya mengenai pentingnya mengelola pembelajaran sesuai dengan kebutuhan lokal. Saya rasa ilmu yang maha tinggi juga tidak akan bermanfaat jika bentuk nyata dari ilmu dalam bacaan tersebut tidak mungkin untuk diterapkan dalam konteks setempat. Walaupun demikian, jika pada saatnya, anak-anak tersebut termotivasi untuk belajar, mereka memiliki kesempatan untuk itu.