Print friendly

Print Friendly Version of this pagePrint Get a PDF version of this webpagePDF

11 Feb 2011

Saya 100% Sosiatrist

Kurang lebih 17 jam yang lalu sebelum posting ini saya tulis, seorang teman menuliskan di wall FB-nya "(nama) is 100% Chinese, 100% Indonesian, and 100% Javanese." Wall Posting ini memberi saya insipirasi. Insipirasi untuk mendeklarasikan diri sebagai 100% Sosiatrist. Saya jadi teringat masa-masa ketika saya berjuang untuk memperoleh ijazah dari Fisipol Universitas Tanjungpura (Untan) dengan bertuliskan "Ilmu Sosiatri" pada Program Studi dan bukan "Sosiologi".

Bagi sebagian orang, termasuk Dekan saya pada saat itu, keputusan saya salah. Sosiologi jelas lebih populer daripada Sosiatri. Sosiologi dikenal bahkan sampai di luar negeri, dan akan lebih mudah bagi saya untuk melamar pekerjaan, mendaftar kuliah S2 jika memiliki ijazah yang bertulisakan Program Studi: Sosiologi. Padahal, selama saya kuliah, saya tahu dan paham sekali bahwa program pendidikan di jurusan Sosiologi/Program Studi Ilmu Sosiatri waktu itu jelas menggunakan kurikulum ILMU SOSIATRI, bukan kurikulum SOSIOLOGI. Terlepas dari mudah atau tidaknya saya memiliki pekerjaan di masa yang akan datang, pada saat itu saya memiliki idealisme tetap lulus sebagai ILMUAN SOSIATRI atau SOSIATRIST, daripada saya memiliki ijazah yang tidak sesuai dengan ilmu yang telah saya peroleh selama pendidikan.

Saya memiliki kebanggaan dan yakin bahwa saya akan mampu menjalankan tugas saya sebagai Sosiatrist setelah tamat. Meskipun pada saat itu, saya harus gagal untuk bisa menjadi dosen perguruan tinggi negeri, gagal menjadi pegawai negeri sipil, dan juga sempat mengalami kegagalan panjang lainnya. Penyebabnya, bisa saja salah satunya karena saya memegang ijazah SOSIATRI. Namun, dalam pemikiran positif, saya menganggap bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh kurangnya kerja keras dan usaha saya, termasuk mungkin ada rencana lain dari yang Maha Kuasa untuk saya berkarya di tempat lain.

Karya dan kerja saya memang lebih banyak di sekolah, pada akhirnya, dan orang-orang lebih banyak mengenal saya sebagai GURU dan DOSEN daripada sebagai SOSIATRIST. Satu-satunya kesempatan yang bisa saya gunakan untuk menyatakan diri sebagai SOSIATRIST adalah ketika saya menulis untuk koran lokal. Meskipun, tulisan tersebut mungkin tidak banyak yang membacanya. Walaupun demikian, saya tetaplah 100% Sosiatrist, karena ketika saya bekerja dan mengabdikan diri sebagai guru saya tidak pernah bisa lepas dari pola pikir holistik dan menyeluruh, bekerja dan belajar dari komunitas, dan bertujuan membantu komunitas di mana saya bekerja sesuai dengan potensinya. Hal itu saya rasakan dengan sangat jelas ketika saya bekerja sebagai guru.

Satu hal yang saya rasakan tertanam dengan baik dalam semangat kerja saya adalah bahwa SEMUA ILMU memiliki KEUNGGULAN dan DAYA DUKUNG terhadap PEMBANGUNAN masyarakat. Jika saya diharuskan untuk belajar, saya akan mempelajari apapun dan berusaha memikirkan secara kreatif bagaimana mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya dan orang lain. Tidak pernah ada sentimen keilmuan di dalam diri saya. Tidak ada kecenderungan untuk menolah memahami disiplin atau ilmu lain. Saya juga akan berusaha untuk belajar dan bertanya pada ilmuwan-ilmuwan yang dapat mendukung saya di dalam mengembangkan komunitas di mana saya bekerja. Inilah sebenarnya yang saya rasakan telah terinternalisasi di dalam diri saya dan membuat saya harus mendeklarasikan diri bahwa saya adalah 100% SOSIATRIST.

Dengan bangga saya sampaikan kepada rekan-rekan yang membaca posting ini, Jika Tuhan mengijinkan, saya akan memperkenalkan ILMU SOSIATRI kepada rekan-rekan kita di Amerika, terutama Mahasiswa S2 dan S3 yang akan menghadiri International Graduate Student Conference 10th di Honolulu, Hawaii dari tanggal 17 Februari - 19 Februari 2011. Saya mohon dukungan dari para tamatan Sosiatri di manapun Anda berada dan di manapun anda berkarya.

6 komentar:

  1. Tidak pernah ada sentimen keilmuan di dalam diri saya..... I love this Hery. Jadi pengen buka blog sendiri.

    BalasHapus
  2. sebuah cita2 yg tak pernah sampai, selamat berjuang.masyarakat membutuhkan Anda

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mas aku juga sekarang daftar di Sosiatri. Untuk melanjutkan s2 konsentrasi/jurusan apa yang bisa kita pilih, dan tepat. terimakasih

    BalasHapus
  5. Mas aku juga sekarang daftar di Sosiatri. Untuk melanjutkan s2 konsentrasi/jurusan apa yang bisa kita pilih, dan tepat. terimakasih

    BalasHapus
  6. sya juga alumni sosiatri di universitas mulawarman. perkuliahan itu membentuk kerangka berfikir, sya yakin apapun itu ilmu yang kita pelajari selama kita termotifasi, memiliki mengabdate pengetahuan dan meningkatkan jaringan maka kita pun akan meningkatkan kesuksesan www.sarifudin.com

    BalasHapus